tvberitaindonesia.com Jakarta - Menjelang Imlek daerah Glodok Petak Sembilan Pancoran Jakarta Barat, sudah mulai terlihat ramai oleh pengunjung. Siapa yang tak kenal " China Town " di Jakarta Barat, sudah menjadi tradisi setiap tahun etnis Thiongha dari berbagai sudut Jakarta datang ke Glodok.
Walaupun Glodok terkenal dengan sebutan Pecinan, tetapi ketika kita menapakkan kaki di sana, ternyata banyak juga yang datang bukan dari etnis Thiongha, selain warga sekitar ada juga dari berbagai daerah yang mereka sudah mengetahui bahwa masa lalu, daerah tersebut terkenal dengan daerah Pecinan atau China Town.
Dan pedagang yang ada di sekitar Glodok pun bukan dari etnis Thiongha saja, melainkan ada juga yang bukan etnis Thiongha, artinya mereka sudah membaur menjadi satu walaupun banyak yang menyebut itu daerah Pecinan.
Saya menyusuri sepanjang perjalanan, mulai dari pintu kecil Asemka sampai menuju perbatasan Taman Sari. Pedagang kaki lima tidak tertata, sehingga menimbulkan kemacetan, mobil - mobil padat merayap, tapi tidak membuat pengunjung surut, justru penuh dengan orang lalu lalang membeli kebutuhan sehari - hari, mulai dari kebutuhan rumah tangga, aksesoris, kosmetik, mainan anak - anak dan lain- lain. Terlihat sepanjang jalan merah merona , menunjukkan kebahagiaan dan kegembiraan, karena menurut budaya warga etnis Thiongha merah tanda senang, bahagia dan gembira.
Saya menghampiri salah seorang penjual lampion, bpk. Indra merasa bersyukur karena omset bisa mencapai 50% dari biasanya, dan bisa meningkat sampai menjelang H - satu.
" Ya alhamdulilah omset seminggu menjelang Imlek meningkat, senang kalau Imlek dagangan saya laku, " begitu kata bpk. Indra salah seorang pedagang lampion.
suasana di pancoran Glodok |
Dan pedagang yang ada di sekitar Glodok pun bukan dari etnis Thiongha saja, melainkan ada juga yang bukan etnis Thiongha, artinya mereka sudah membaur menjadi satu walaupun banyak yang menyebut itu daerah Pecinan.
Saya menyusuri sepanjang perjalanan, mulai dari pintu kecil Asemka sampai menuju perbatasan Taman Sari. Pedagang kaki lima tidak tertata, sehingga menimbulkan kemacetan, mobil - mobil padat merayap, tapi tidak membuat pengunjung surut, justru penuh dengan orang lalu lalang membeli kebutuhan sehari - hari, mulai dari kebutuhan rumah tangga, aksesoris, kosmetik, mainan anak - anak dan lain- lain. Terlihat sepanjang jalan merah merona , menunjukkan kebahagiaan dan kegembiraan, karena menurut budaya warga etnis Thiongha merah tanda senang, bahagia dan gembira.
Saya menghampiri salah seorang penjual lampion, bpk. Indra merasa bersyukur karena omset bisa mencapai 50% dari biasanya, dan bisa meningkat sampai menjelang H - satu.
" Ya alhamdulilah omset seminggu menjelang Imlek meningkat, senang kalau Imlek dagangan saya laku, " begitu kata bpk. Indra salah seorang pedagang lampion.
Tentu bukan saja pak Indra, tetapi semua pedagang yang ada diwilayah Kecamatan Taman Sari dan Tambora kebanjiran rezeki.
Saya bangga menjadi warga negara Indonesia yang majemuk, banyak keragaman suku, budaya, bahasa, dan adat istiadat yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. Jika kita berpikir secara rasional bahwa perbedaan yang begitu banyak adalah modal kuat bangsa kita menjaga persatuan dan kesatuan, sehingga menjadi bangsa yang kuat, nasionalis, mandiri dan cerdas.
Lalu saya menghampiri salah seorang juru parkir, Mas Fri namanya , seorang juru parkir yang sudah belasan tahun di sana, yang sangat mengetahui seluk beluk dan peristiwa - peristiwa yang terjadi disana.
Bpk. Indra salah seorang pedagang lampion |
" Saya di sini sudah lama dari zamannya bapak saya, saya masih kecil sudah disini, untuk keamanan alhamdulilah karena kami dari Banten dan Arek arek menjaga tempat ini sehingga aman sampai sekarang dan tidak pernah ada kerusuhan ataupun copet dan hal - hal lain yang merugikan warga sini, dulu waktu zamannya kerusuhan Mei 1998 pun aman tidak ada satupun yang kena dampaknya" kata Mas Fri yang pernah aktif di Gerakan Anti Narkoba Dan Tawuran ( Gapenta ), selain itu juga dia dikenal kebaikannya oleh para pedagang sekitar Asemka dan Glodok.
Banyak yang baik yang tidak terlihat, tapi berdampak besar untuk kepentingan orang - orang, yang sebenarnya mereka tidak tahu yang baik darimana asalnya.
Mas Fri salah seorang juri parkir yang ada di daerah Asemka Glodok. |
Semoga artikel ini bisa menginspirasi kita, sebagai Bangsa Indonesia sesungguhnya berasal dari satu Bangsa, satu Bahasa, satu Tanah Air, Indonesia Raya. Ini hanya sebuah artikel lebih dan kurang saya mohon maaf, jika ada kata - kata yang kurang berkenan. Tunggu artikel saya selanjutnya "Kisah Pilu Perjalanan Seorang Juru Parkir Asemka". (lala)
Previous
« Prev Post
« Prev Post
Next
Next Post »
Next Post »
Mantappppp,hidup NKRI.
ReplyDelete