Donny Susilo,MBA Penulis Buku Teknik Negosiasi Kekinian |
tvberitaindonesia.com Jakarta - Setiap hari kita bernegosiasi, negosiasi diperlukan terutama karena adanya perbedaan antara kepentingan kita dan kepentingan orang lain.
Contoh dari perbedaan kepentingan tersebut misalnya, kita ingin membeli dengan harga yang serendah mungkin, sedangkan penjual ingin menjual dengan harga yang setinggi mungkin.
Perbedaan kepentingan lainnya adalah ketika kita ingin mengurus administrasi untuk mengajukan suatu klaim asuransi, dimana kita ingin kecepatan dan kemudahan dalam pengajuannya, namun pihak perusahaan ingin memeriksa sedetail mungkin agar tidak kecolongan.
Jika dipikir-pikir, berapa banyak benturan kepentingan yang terjadi di dalam kehidupan kita sehari-hari? Tentu sangat sering kita mengalaminya, bahkan di dalam rumah tangga sekalipun, kita sering bertengkar dengan sesama anggota keluarga karena channel TV yang ingin ditonton berbeda antara satu orang dengan yang lain.
Kehidupan kita tidak akan pernah lepas dari negosiasi, sehingga kita harus mempelajari salah satu life skill yang sangat penting ini, kata Donny Susilo, MBA sebagai penulis dari buku berjudul Teknik Negosiasi Kekinian dan juga pendiri dari Donny and Partners And Consulting Indonesia.
Donny menjelaskan bahwa judul Teknik Negosiasi Kekinian dipilih karena buku tersebut dibuat berdasarkan dari riset-riset psikologi ternama dan terbaru, yang bertujuan untuk memahami bagaimana lawan berpikir.
Pasalnya negosiasi ini tidak hanya mengenai pencapaian target semata, namun juga harus bisa menjamin hubungan jangka panjang setelah negosiasi selesai, hal inilah yang sering tidak diindahkan oleh mereka yang belum mengerti arti kesuksesan bernegosiasi yang sebenarnya.
Sehingga untuk membedakan bukunya, dari buku negosiasi lain yang sudah ada di pasaran, Donny membawa pembaca untuk terlebih dahulu membentuk mindset seorang negosiator.
Tanpa pembentukan mindset sebelumnya, akan sangat sulit bagi pembaca untuk mempraktikkan teknik-teknik bernegosiasi di dalam kehidupan sehari-hari.
Sering kita pergi ke suatu tempat yang baru, dan kita mendengar bahwa disana, mereka tidak melakukan tawar-menawar. Hal ini membuat sebagian besar orang kehilangan nyali untuk bernegosiasi karena mereka berpikir harus menyesuaikan diri, padahal selama tidak ada yang sempurna di dunia ini, maka semua hal bisa dinegosiasikan, tegas Donny Susilo, MBA yang juga berprofesi sebagai peneliti bisnis dari Asia University, Taiwan.
Beliau menerangkan bahwa pada dasarnya, jika disuruh memilih, tentu semua orang tidak ingin diajak bernegosiasi, namun mereka harus melakukan itu ketika mereka membutuhkan sesuatu dari kita.
Sekarang permasalahannya, apakah kita mempunyai apa yang mereka butuhkan? Untuk menjawab ini, Donny memberikan sebuah cerita pendek mengenai orang yang ingin menikahkan anaknya dengan putri seorang presiden padahal dia tidak memiliki apa-apa, sang ayah mengatakan kepada anaknya, " kamu akan ayah nikahkan dengan gadis pilihan ayah," Lalu si anak menolaknya, "tidak!" Sang ayah menjawab, " dia adalah putri dari seorang presiden", dan si anak menjawab," baiklah".
Kemudian sang ayah menelepon presiden dan bilang bahwa dia akan melamar anak presiden untuk dinikahkan dengan putranya, presiden lantas menjawab, "tidak!". Kemudian sang ayah menjawab, " namun dia adalah CEO dari Bank Sentral ", kemudian presiden menjawab, " baiklah ".
Selanjutnya sang ayah menelepon Bank Sentral dan mengatakan bahwa anaknya akan menjadi CEO disana, Bank Sentral menjawab dengan tegas, " tidak!", lalu sang ayah menjelaskan bahwa anaknya akan menjadi menantu presiden, Bank Sentral pun akhirnya menjawab, " baiklah ".
Dapat diartikan bahwa apakah kita memiliki apa yang mereka butuhkan atau tidak, sangat bergantung dari bagaimana kita bicara, jadi ubahlah bahasa kita ke bahasa mereka, kata Donny.
Pola pikir negosiator lainnya yang tidak kalah penting adalah mempercayai bahwa uang bukan segalanya, namun segalanya adalah uang.
Uang tidak harus selalu dikeluarkan agar dapat memuaskan pihak lawan, apapun yang memiliki value atau manfaat, dapat menjadi alat tawar - menawar dan ditukarkan dengan lawan.
Ketika kita memulai sebuah bisnis, tentu selalu dihadapkan dengan keterbatasan sumber daya, oleh karena itu segala kemampuan, informasi dan jaringan yang kita miliki akan menjadi alat tawar-menawar untuk ditukarkan dengan apa yang kita butuhkan dari orang lain.
Sebuah peristiwa luar biasa yang membuat Donny menjadi suka mempelajari mengenai negosiasi adalah ketika beliau melakukan kunjungan kebudayaan ke suatu tempat, disana beliau dihampiri oleh penjual arca yang menawarkan barangnya dengan harga 25.000 rupiah, harga tersebut cukup mahal saat itu, dan beliau berinisiatif untuk menawar dengan harga lebih dari separuhnya yaitu 10.000 rupiah saja.
Alhasil, akhirnya penjual merelakannya dengan harga 10.000 rupiah saja, tentu Donny sangat senang sekali dengan harga tersebut, namun setelahnya sangat terkejut sekali beliau, karena setelah berjalan 1 kilometer ke depan, beliau menemukan banyak toko yang menjual arca tersebut dengan harga hanya 2.500 rupiah saja.
A small fish looks big in small aquarium, teknik negosiasi kekinian sangat menarik sekali untuk dipelajari, apalagi di dalamnya sudah dilengkapi dengan contoh-contoh dialog mengenai bagaimana penerapan dari masing-masing konsep, " tutup Donny.
Previous
« Prev Post
« Prev Post
Next
Next Post »
Next Post »